Quick Count atau hitung cepat adalah teknik perhitungan suara dengan cara melakukan SAMPLING data hitungan dari TPS tertentu dari keseluruhan TPS yang ada. Dengan memperhatikan kaidah kaidah statistik seperti tingkat kepercayaan, sebaran data, margin of error dan lain sebagainya.

Sejatinya ini adalah metode Ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan hasil nya, TAPI dengan syarat : SAMPLING data dan Metodologi yang digunakan harus dibuka dan dapat dilacak kebenarannya.

Sayangnya selama ini QC di Indonesia tidak pernah sekalipun membuka data QC mereka, tidak pernah mengeluarkan dokumen QC yang mereka lakukan. YANG ADA HANYA MENGUMUMKAN HASIL QC. Sehingga kita tidak mengetahui kebenaran data SAMPLING yang digunakan dan Membuktikan kebenaran Metodology yang dipakai.

Saat ini QC di Indonesia terkesan adalah sarana untuk membangun Opini saja, bahkan saya pribadi dalam PILEG lalu menulis, QC adalah sarana untuk mem fait-a- comply hasil Real Count (RC). QC menjadi semacam Referensi bagi RC, dan orang percaya saja kalau hasil RC itu akan sama saja dengan QC tanpa peduli seperti apa data QC tersebut. (http://politik.kompasiana.com/2014/04/11/dan-pileg-2014-pun-diakhiri-dengan-sandiwara-quick-count–646228.html)

Untuk Kasus PILPRES 2014, lagi-lagi lembaga survei mengeluarkan hasil QC mereka dan dengan penuh percaya diri mengatakan hasilnya akan sesuai dengan RC nanti. Dan Celakanya salah satu capres begitu meyakini sekali hasil QC ini, bahkan saat proses QC masih berlangsung 70-an persen, salah satu capres sudah deklarasi kemenangan dan memastikan kebenaran hasil QC dari lembaga-lembaga survei yang mereka bayar tersebut. Padahal semua lembaga QC tersebut hanya mensampling 2.000 TPS dari total 478.685 TPS (0,417%). Dan lebih celaka lagi selisih suara hasil QC tersebut sangat kecil sekali antara 1-3 % saja.

Mendeklarasikan kemenangan berdasarkan hasil QC yang tidak pernah membuka DATA SAMPLING dan metodologi yang digunakan, adalah suatu tindakan yang sangat keliru dan membahayakan Proses PILPRES yang masih berlangsung.

Klaim kemenangan ini sangat prematur apalagi sampai mendeklarasikan PASTI SUDAH menang di depan rakyat dan mengklaim “PASTI MENANG dan HANYA KALAH jika dicurangi !!”.

Yang lebih mengkhawatirkan opini yang dibangun agar “Jangan ada pihak yang MENCEMARI hasil QUICK COUNT”.
Ini adalah pernyataan yang sangat tidak bertanggung jawab. Mengesankan sudah selesai proses hitung sebenarnya hanya bersandar pada hasil QC di 2.000 TPS yang mewakili 478.685 TPS !!

Mengesankan bahwa jika nanti hasil REAL COUNT berbeda dengan QC maka telah terjadi kecurangan !!! Sebuah cara pikir dan mengambil kesimpulan yang sangat SESAT !!

Digambar dibawah saya berikan contoh sederhana betapa lemahnya kesimpulan mempercayakan hasil sampling QC untuk mewakili hasil RC sebenarnya nanti, apalagi dengan tanpa didasari informasi DIMANA SAMPLING dilakukan dan metode apa yang digunakan.

hitung_cepat_simulasi

Keterangan gambar :
* Tabel A (Quick Count) misal adalah TPS yang disampling oleh lembaga QC, dan memberikan HASIL bahwa Jokowi menang dengan 51,91% Suara. Total suara Jokowi 405 suara dan Prabowo 375 suara (48,08%)..
Realitasnya saat ini, kita hanya tahu PORSENTASE kemenangan Jokowi TANPA TAHU dimana TPS yang disampling dan tidak tahu berapa besar nominal datanya. Juga tidak tahu sebaran datanya, apakah sampling tersebut didaerah basis Jokowi atau merata juga di daerah basis Prabowo ?

* Tabel B, misal kita punya data TPS yang tidak disampling atau sebutlah didaerah dengan basis masa PRABOWO. dimana di TPS yang tidak disampling ini Prabowo menang 58,18% (160 suara) dan Jokowi 41,82% (115 suara)….

* Apa yang terjadi jika data TPS sampling yang di QUiCK COUNT data nya dijumlahkan dengan TPS diluar QUICK COUNT ???
TERNYATA PRABOWO menjadi menang dengan 535 suara (50,71%) dan Jokowi kalah dengan 520 suara (49,29%). (ingat Real porsentase bukanlah dari rata2x porsentase yang ada tapi tetap dari jumlah suara yang di peroleh masing masing capres dibagi total suara keseluruhan TPS)

Jadi bisa disimpulkan bahwa QC tanpa menunjukan data dan metodology bisa saja terjadi ke tidak akuratan HASIL, dan apalagi jika sampling yang diambil sangat kecil sekali dan di BASIS SAMPLING dengan karakteristik berbeda (pendukung, latar belakang, etc).

JADI APA MAKSUD NYA Tim capres ada yang begitu meyakini hasil QUICK COUNT dan dengan tidak sabar mengumumkan serta “MENDEKLARASIKAN Meraka PASTI MENANG, hanya kalah JIKA DICURANGI” ???

hitung_cepat_simulasi2

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here