Dalam waktu 10 hari kedepan kita akan memasuki pintu gerbang perjalanan baru, tahun 2014 dan meninggalkan 2013 dengan segala persoalan dan pencapain yang sudah didapat. Waktu sudah tidak dapat diputar kembali, kita hanya mampu melihat kebelakang untuk melihat jejak yang ditinggalkan. Apakah sebuah kebanggan yang akan dibawa dalam perjalanan ditahun 2014 atau jejak yang hanya ingin kita lupakan, kita hapus karena tidak ada torehan prestasi disana.
Lazimnya akan menempuh perjalanan baru, sudah banyak bermunculan berbagai perkiraan, apa saja yang akan terjadi didalam perjalanan nanti. Perkiraan yang muncul dari data data yang dikumpulkan pada masa lalu dan belajar dari kondisi yang ada, sangat bisa dipastikan akan terjadi dan ini adalah fakta yang mau tidak mau harus siap dihadapai. Disisi lain banyak juga perkiraan yang hanya berdasarkan asumsi asumsi emosional, ketakutan maupun over percaya diri, untuk jenis perkiraan ini bisa saja terjadi atau malah tidak sama sekali, tergantung seberapa yakin kita meyakininya.
Tahun 2014 akan menjadi tahun sangat berat bagi ekonomi Indonesia, ini adalah perkiraan dengan sekumpulan data yang sahih dan kondisi kekinian yang mendukung. Menjelang pergantian tahun ini, Rupiah terpuruk kenilai tukar Rp12.000 per US$, dan sampai hari ini masih bergerak terus turun, diperkirakan berbagai analis tidak menutup kemungkinan tembus di Rp12.500 – Rp13.000 per US$. Melihat neraca perdagangan, Indonesia juga mengalami defisit dimana diperkirakan sampai akhir tahun ini bisa mencapai US$ 8 Milyar, dimana data hingga september, sumbangan defisit dari Migas sebesar US$ 9 Milyar dan surplus dari Non Migas US$ 3,5 Milyar, Fantastis !!
Kinerja Export kita tidak membaik walau nilai tukar Rupiah menurut berbagai analis pasar sudah pada titik yang rendah untuk bisa mendongkrak Export dan bersaing dengan produk produk negara lain yang mata uangnya menguat atau tidak semelemah Indonesia. Ini disebabkan besarnya kebutuhan bahan baku yang di import serta kebutuhan Energi khususnya BBM untuk menopang produksi, disisi lain negara negara tujuan export utama seperti US, Eropa dan Jepang juga sedang mengalami persoalan Ekonomi. Sementara kebutuhan konsumsi dalam negeri juga sangat tinggi akan produk Import dan konsumsi energi meningkat terutama BBM, akibat peningkatan jumlah kendaraan yang berimplikasi dengan makin besarnya Import BBM yang harus dilakukan. Hal ini sangat diyakini akan tetap menghantui di 2014.
Dengan kondisi Ekonomi dunia yang menurun dan penuh ketidak pastian, Bank Indonesia sebagai penguasa Otoritas Moneter menaikan BI Rate hingga November 2013 pada titik tertinggi 7,5% dengan alasan untuk mengendalikan inflasi yang bergerak liar di tahun 2013, yang tentu akan memukul sektor Real dalam pertumbuhannya dan semakin sulit mendapatkan modal kerja yang murah yang akan berimplikasi secara langsung ke harga produk akhir yang dilepas ke pasar.
Ditambah tahun 2014 yang merupakan tahun politik dengan adanya Pemilu dan Pilpres sudah bisa dibayangkan betapa rentannya kondisi ekonomi tahun depan.
Nakhoda tangguh tidak lahir dilaut yang tenang tapi dari laut yang penuh dengan ombak dan badai
Bila kalangan pengusaha besar dan analis ekonomi begitu khawatir dengan Ekonomi 2014, bagaimana dengan UMKM indonesia ? sektor ekonomi mikro dan kecil Indonesia ? apakah tetap akan bisa bertahan dan setangguh gejolak ekonomi pada tahun 1998 ?
Kalangan pengusaha besar akan berkutat pada memikirkan Hutang US$ mereka yang harus dibayar, Bunga Bank dengan rate baru yang semakin menekan, Gaji Karyawan dengan UMK yang naik hampir 25% di tahun 2013, serta persoalan arus investasi yang akan semakin seret, sementara Produk akan semakin sulit diserap pasar karena harga yang harus disesuaikan dan kemampuan pasar yang juga turun signifikan.
Kalangan UMKM akan jauh lebih siap dan tahan goncangan Ekonomi di 2014 nanti. Selain pengalaman 1998 yang membuktikan untuk itu, data lain yang mendukung adalah UMKM Indonesia tidak dipusingkan dengan Hutang dalam bentuk mata uang Asing, tidak di gerogoti persoalan kenaikan upah Buruh karena jumlah karyawannya yang kecil, serta kebutuhan modal mereka yang tidak besar dan tidak tergantung dengan investasi asing. Dan UMKM Indonesia tidak perlu pusing memikirkan Export, tidak pusing dengan pasar luar negeri yang juga sedang turun, karena 90% hasil produk UMKM indonesia di serap oleh pasar Lokal, pasar rakyat Indonesia sendiri yang jumlahnya 240 juta jiwa.
Bila sektor industri mengalami pelambatan pertumbuhan di tahun 2013, sebaliknya UMKM Indonesia terus tumbuh 7%-8% setiap tahun. Data Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia, tahun ini ada 56,5 Juta UMKM di Indonesia dan menyumbang 90% pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jika yang lain jungkir balik dan terus melorot karena guncangan ekonomi dunia, tidak demikian bagi UMKM Indonesia, terus tumbuh dan memberikan kontribusi signifikan bagi ekonomi Indonesia.
Penduduk dengan jumlah 240 juta jiwa adalah pasar yang besar, begitu banyak perut yang tiap hari harus di isi, begitu banyak pakaian yang harus dibuat, sangat banyak rumah yang harus dibangun, tidak terhingga kebutuhan sehari hari yang harus dipasok. Pasar yang tidak akan habis dan selalu membutuhkan produk untuk hidup mereka. UMKM Indonesia sangat siap untuk mensuply segala kebutuhan tersebut. Dan UMKM Indonesia akan dengan lincah berselancar, walau harus ikut meluncur turun akibat ekonomi yang menuju kebawah, dan akan mencapai titik yang akan melontarkan mereka keatas dengan tinggi, untuk terus tumbuh dan tumbuh membesar.
Persoalan permodalan bagi UMKM memang masih menjadi kendala agar mereka dapat bergerak lebih lincah. Dengan adanya Bunga Bank yang semakin tinggi dan mencekek leher pasti juga akan berdampak kepada UMKM dan produk akhir mereka.
Apakah persoalan Modal ini yang akan menghambat UMKM untuk tumbuh?
Bisa jadi ya, bisa jadi tidak? tergantung seberapa besar UMKM Indonesia meyakini bahwa mereka tergantung dengan System Perbankan yang penuh lika liku Bunga tersebut !
Ada sebuah data yang menggembirakan dan sekaligus sebuah peluang bagi UMKM Indonesia jika bisa mengolah dengan baik data tersebut. Bahwa pertumbuhan UMKM Indonesia yang 7-8 persen pertahun tersebut, ternyata tidaklah tumbuh sendiri sendiri hanya bagai cendawan dimusim Hujan, tapi didapat sebuah data bahwa pertumbuhan UMKM, lahirnya pengusaha UMKM baru, ternyata sebagian besar ditopang dengan keberadaan Komunitas-Komunitas Wirausaha. Dimana melalui komunitas tersebut lahir pengusaha pengusaha baru, lahir pengusaha tangguh, yang saling dukung mendukung. Di Komunitas-komunitas tersebut tidak hanya berkumpul orang yang sudah jadi pengusaaha, tapi ada juga karyawan, mahasiswa, ibu rumah tangga, yang semua punya keinginan untuk menjadi pengusaha. Diantara Komunitas tersebut seperti Komunitas Tangan Diatas (www.tangandiatas.com), Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (www.kpmi.or.id), Komunitas MIFTA (www.mifta.org), Komunitas YEA (www.yea-indonesia.com) dan banyak lagi, bahkan ada komunitas Mahasiswa berbisnis.
Kondisi ini adalah sebuah kekuatan bagi UMKM Indonesia, mereka telah melalui fase yang penting dalam sebuah perjalan bisnis yaitu membangun Network yang tangguh, membangun Network yang tersebar luas, membangun Network yang memiliki “semangat Korsa”, loyalitas, saling dukung sesama anggota Komunitas. Sebuah Fase yang sangat berharga, jauh lebih berharga dari kucuran Modal dari Dunia Perbankan sekalipun, dari Support Pemerintah sekalipun, karena Komunitas kuat, network yang kuat, akan bisa mencari solusi bersama terhadap berbagai persoalan yang muncul.
Komunitas yang besar akan mampu bergotong Royong menyelesaikan persoalan diantara mereka, mampu untuk saling bergandengan tangan agar tidak tersungkur jatuh saat harus meluncur turun, mampu saling topang untuk mendaki agar sampai kepuncak secara bersama sama. Inilah yang tidak dimiliki oleh pengusaha besar yang saling bersaing, saling menjegal untuk tetap bertahan hidup menghadapi ombak dan badai ekonomi di 2014 nanti.
Persoalan permodalan tidak lagi akan jadi masalah buat UMKM Indonesia yang tumbuh melalui Komunitas-Komunitas yang kuat, solid dan bergotong Royong. Dengan jalan mentransformasi Kekuatan itu menjadi Kekuatan Permodalan bersama yang tidak akan lagi tergantung pada Perbankan – yang saat ini dikuasai asing-, yaitu dengan jalan mentransformasi menjadi gerakan KOPERASI, membentuk penyatuan kekuatan modal bersama untuk saling dukung dalam wadah KOPERASI.
Disinilah UMKM Indonesia sekali lagi diuji untuk cerdas memanfaatkan peluang dan kekuatan yang mereka miliki, untuk tetap bersama sama, saling bergandengan tangan, mewadahi kebutuhan Mereka sendiri dalam KOPERASI yang mereka miliki sendiri.
Tidak akan ada lagi persoalan kesulitan Modal, tidak akan ada lagi persoalan Bunga Bank yang Tinggi, tidak akan ada lagi persoalan syarat syarat yang “jlimet”. Karena mereka memiliki BANK SENDIRI, yang akan memenuhi segala kebutuhan modal mereka sendiri, yang untungnya tidak berdasarkan Bunga, tapi berdasarkan bagi hasil, dan bagi hasil tersebut akan kembali lagi pada mereka bukan masuk ke kantong pemilik bank atau terbang ke luar negeri.
Akhirnya, saya optimis, saya berkayakinan, Indonesia akan menjadi negara besar dengan ditopang oleh UMKM nya yang Kuat dan Koperasi nya yang Jaya dan tentunya pengusaha pengusaha yang lahir dari Bumi Pertiwi yang mencintai negeri ini.
Semoga pemerintah sadar akan kekuatan koperasi dalam menahan goncangan ekonomi saat krisis sehingga mempermudah proses perizinan pendirian koperasi.