Bulan September lalu bersama keluarga, melintas di bundaran Waru dari Bandara Juanda menuju ke dalam kota Surabaya. Di pintu masuk kota tersebut terlihat sedang ada pembangunan sebuah tetenger kota –dugaan saya waktu itu.
Belum terlihat wujud akhirnya, tapi sudah kelihatan megah, berupa videotron layar lebar, dan tulisan SPARKLING SURABAYA yang artistik di bagian kanannya. Sparkling Surabaya adalah tagline kota Surabaya yang telah mendunia.
“Ini lah hebatnya Risma menata kota, Bundaran Waru diperindah, paham betul bagaimana menata kota agar semakin indah. Bundaran itu nanti sepertinya akan kembali jadi taman besar yang indah seperti masa Bambang DH. Dan videotron itu untuk papan informasi yang canggih untuk menyambut tamu-tamu yang berkunjung ke kota Surabaya,” promosi saya dengan bangga ke Istri dan anak-anak.
Membayangkan videotron besar berdiri megah menyambut wisatawan atau tamu kota, dengan berbagai informasi dengan gambar bergerak, animasi ciamik tentang kota Pahlawan yang banyak dicinta bukan saja oleh penduduknya. Terasa luar biasa.
Juga membayangkan taman besar di Bundaran Waru yang sudah bertahun-tahun tidak terurus, yang membuat isin warga kota, yang mengklaim diri sebagai kota dengan banyak taman indah-indah, tapi malah di pintu masuknya tumbuh rumput liar dan tumbuhan tak terurus, bisa kembali terawat dan enak dipandang mata.
“Ah,… rasanya makin bangga dengan kota ini, apik wis,” gumam saya dengan bayangan yang menari-nari di kepala; Bundaran Waru -pintu kota yang indah, wajah depan kota yang bersolek.
Akhir Oktober kemarin, pembangunan Videotron tersebut selesai. Dan betul-betul megah, tulisan merah Sparkling Surabaya yang artistik sudah terlihat dari kejauhan menyambut tamu kota. Walau tamannya ternyata tidak tersentuh –masih tetap dengan tumbuhan liar dan rumput-rumputnya, dari kejauhan arah Sidoarjo menuju Surabaya, Videotron sudah siap menyambut dengan megah.
Pelan-pelan makin mendekat ke arah Bundaran Waru, wujud fisik Videotron tersebut yang saat pembangunan di tutupi seng, mulai terlihat. Tapi….. ada yang aneh rasanya.
Dari jauh di bagian tengah videotron ada teks lain selain tulisan artistik ‘Sparkling Surabaya’ yang ada di kanan.
“S U R Y A N A T I O N,” saya mengeja tulisan tersebut.
Pikiran langsung gelisah, kata itu serasa tidak asing.
Iya,.. Suryanation adalah tagline dari sebuh produk yang terkenal.
“ah, ndak mungkin videotron untuk produk itu,” jawab saya sendiri.
Ndak percaya bahwa Risma akan memberikan izin Videotron produk tersebut sebagai ‘penjaga pintu’ kota Surabaya yang ia tata demikian indah dengan image taman-taman kota yang nyaman sebagai paru-paru kota untuk masa depan anak-anak lebih baik.
Karena Videotron tersebut belum menampilkan gambar apa-apa, isi kepala liar saya, tidak ingin menyimpulkan jauh-jauh, apa sebenarnya tetenger baru kota tersebut. Walau tetap gelisah, piye menjelaskan ke anak-anak nanti.
Beberapa hari kemudian lewat lagi di sana.
Dan………………
Videotron tersebut ternyata benar yang saya gelisahkan,…. iklan produk ROKOK.
Waladalah, walau ada tagline kota ‘Sparkling Surabaya’ di sampingnya berdiri, ternyata hanya sebagai klaim saja agar seolah-olah merepresentasikan kota Surabaya.
“Duh, bagaimana menjelaskan ke anak-anak saya. Risma yang terlanjur saya puji-puji bangun tetenger bagus di pintu kota,… T E R N Y A T A…… mengizinkan videotron IKLAN ROKOK raksasa sebagai ‘tetenger’ kota, jadi icon kota, yang dilihat pertama kali oleh tamu kota,….”
Entah kenapa pemerintah kota mengizinkan videotron tersebut dibangun, ‘melengkapi’ Baliho iklan rokok raksasa yang sebelumnya juga sudah berdiri angkuh disana menyambut tamu-tamu Surabaya.
Apakah pemkot sedang butuh uang sekali, dari perusahaan rokok yang memang dananya berlimpah, sehingga mau saja pintu masuk Surabaya ‘dikotori’ dengan tetenger yang bisa jadi akan membuat setiap orang yang memasuki Surabaya mulai saat ini beranggapan… SURABAYA KOTA ROKOK !!.
Entah, apa yang dipikirkan oleh pejabat-pejabat Pemkot Surabaya…
Yang jelas saya kecewa, malu juga ke anak saya, dan mencari cara menjelaskan kenapa malah Risma mengizinkan iklan rokok di pajang di wajah depan Surabaya.
Piye iki Rek !!
Artinya dengan rokok surya, bikin sparkling. Keren….. Wkwkwkwk…
Sikap kebanyakan orang kepada rokok kurang lebih sama dengan sikap ke prostitusi. Tahu bahayanya tapi tetap menikmati kelezatannya maka jadilah sikap malu-malu dan ambivalen. Ketika ia masuk ke ranah kebijakan publik, maka jadilah kebijakan yang malu-malu dan ambivalen. Iklan rokok ini contohnya.