Dalam situasi krisis seperti sekarang, jangankan untuk meningkatkan penjualan, mampu bertahan dengan omset penjualan yang ada saja sudah sebuah prestasi. Sehingga rencana awal tahun lalu, untuk mendapatkan keuntungan hasil usaha yang lebih tinggi tahun ini, bisa saja hanya tinggal mimpi.
Situasi krisis seperti sekarang membuat daya beli masyarakat menurun. Penurunan daya beli ini akan berdampak langsung pada penyerapan hasil produksi dipasar. Ditambah lagi situasi ini membuat orang lebih “pelit”, lebih mengatur belanjanya, baik itu belanja kebutuhan pribadi maupun belanja untuk kebutuhan usaha atau produksi. Jika ini dilakukan semua pihak tentu dampaknya akan makin memberatkan ekonomi, uang beredar makin mengecil dan akhirnya penjualan hasil produksi akan stagnan bahkan turun.
Apakah dalam situasi seperti ini, dengan omset penjualan yang stagnan, kita bisa tetap mendapatkan peningkatan margin keuntungan? Sementara efisiensi produksi dan operasi sudah dilakukan.
Kebanyakan usaha atau perusahaan mungkin masih bisa melakukan peningkatan keuntungan dengan jalan mengurangi tenaga kerja, atau mengurangi kualitas produk/bahan baku. Tapi tentu cara ini akan merugikan beberapa pihak yang dampak akhirnya merugikan perusahaan juga.
Pada kesempatan ini kita akan melihat, bahwa dalam kondisi krisis ini ternyata jika kita cermat sangat terbuka peluang kita meningkatkan keuntungan, walau jumlah penjualan stagnan.
Caranya ?
Belanja lebih banyak dari biasanya !!
Ya, anda tidak salah baca, harus belanja lebih banyak dari biasanya, boros belanja.
Agar mudah memahaminya, koq bisa boros belanja bisa meningkatkan keuntungan usaha, saya akan contohkan dalam bentuk usaha seorang pedagang puding atau agar-agar.
Pedagang puding, sebutlah namanya pak Udin, setiap hari memproduksi puding sebanyak 200 buah. Angka produksinya itu stagnan di 200, karena pembeli pudingnya tidak pernah bergeser dari jumlah itu, apalagi saat ini, situasi uang sulit.
Pak Udin, setiap hari membeli bahan kue untuk membuat puding sesuai jumlah yang akan diproduksi. Dia tidak pernah membeli lebih, karena dari pengalaman, pudingnya tidak pernah terjual lebih dari 200 buah setiap hari. Selain modal yang juga tidak ada lebih.
Pernah sekali waktu produksi dibuat lebih, pak Udin malah rugi, karena pudingnya tidak terjual. Maklum puding ini tidak bisa bertahan lebih dari 1 hari, tidak menggunakan bahan pengawet. Jika tidak terjual, terpaksa dibuang, tidak bisa dijual lagi keesokan hari.
Untuk membuat 200 buah puding yang lezat, pak Udin membutuhkan tepung agar-agar senilai Rp60.000, gula Rp20.000, Fla Rp60.000 dan cup sebanyak 200 buah senilai Rp30.000. Total untuk memproduksi sebanyak 200 puding, pak Udin butuh modal Rp170.000.
Puding dijual dipasar oleh Pak Udin dengan harga Rp1.500 perbuah. Jadi setiap hari omset penjualan pak Udin Rp300.000.
Keuntungan sebesar Rp130.000 inilah yang dibawa pak Udin tiap hari pulang. Dikurangi biaya gas, retribusi pasar, dan lainnya, lebih kurang Rp100.000 setiap hari bersih pak Udin dapatkan. Uang itulah yang digunakan pak Udin untuk membiayai hidupnya bersama istri dan 2 orang anaknya yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar.
Kalau melihat kondisi penjualan Pak Udin, terlihat sulit membantu agar uang yang dia dapatkan setiap hari meningkat (keuntungan), agar kehidupan ekonominya bisa lebih baik.
Tapi bulan ini Pak Udin alhamdulillah bisa meningkatkan jumlah uang yang dia bawa pulang, walau omset penjualannya tetap, tidak mengalami peningkatan.
Apa yang dilakukan pak Udin ?
Ternyata hanya dengan sedikit bantuan, pak Udin dapat meningkatkan pendapatnnya. Yaitu melalui cara membeli bahan baku dengan jumlah lebih besar. Tidak lagi membeli bahan baku untuk 1 hari produksi tapi membeli bahan baku untuk 10 hari.
Pak Udin sekarang hanya belanja sekali dalam 10 hari. Dan setiap belanja pak Udin membeli bahan di toko langganannya 10 kali lipat dari sebelum-sebelumnya.
Darimana peningkatan keuntungan hanya dari membeli barang 10 kali lipat dan hanya sekali dalam 10 hari?
Tentu pembaca semua sudah faham, bahwa pembelian satuan akan berbeda dengan pembelian partai atau grosir. Semua pedagang akan memberikan potongan harga bagi pembelian dalam jumlah besar. Dan untuk kasus pak Udin, dia mendapatkan potongan hampir 20% karena belanja dalam jumlah besar, apalagi dalam situasi sekarang, pedagang berlomba memberikan harga discount agar produknya cepat terjual.
Dengan cara ini, biaya produksi dari bahan baku untuk membuat puding, dapat dihemat 20%, sehingga untuk setiap 200 puding, hanya dibutuhkan biaya bahan baku sebesar Rp136.000.
Selain menghemat biaya bahan baku, pak Udin juga menghemat operasionalnya wira-wiri setiap hari untuk kulakan. Bensin sepeda motornya bisa dihemat, apalagi toko-toko bersedia mengirimkan kulakannya.
Dengan cara ini, keuntungan yang bisa dibawa pak Udin setiap hari dari pasar, meningkat. Yang tadinya sebesar Rp130.000 sekarang meningkat menjadi Rp164.000 setiap hari. Ada peningkatan keuntungan 26% dan keuntungan bersihnya juga meningkat drastis karena penghematan biaya operasional wira-wiri membeli bahan baku.
Dengan cara ini juga, pak Udin, yang sudah meningkat keuntungannya bisa sedikit menyisihkan keuntungannya untuk ditabung. Tabungan yang suatu saat bisa dia gunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi apabila ekonomi membaik dan pemasarannya sudah semakin meluas.
Mungkin ada yang bertanya, dari mana pak Udin mendapatkan modal belanja bahan baku untuk 10 hari? Padahal keuntungan sebelumnya selalu habis untuk kehidupan sehari hari.
Disinilah peran kami, memberikan bantuan dana bergulir kepada pak Udin. Dana yang tidak berbunga, yang tidak perlu dicicil, cukup mengembalikan sesuai yang dipakai. Pak Udin diberikan bantuan dana bergulir sebesar Rp1.200.000 untuk digunakan membeli bahan-bahan yang dibutuhkan, ditambah modal nya sendiri Rp170.000.
Saat ini dengan hanya memberikan bantuan dana bergulir Rp1.200.000 pak Udin bisa meningkat pendapatanya, dan bisa menabung Rp30.000 setiap hari. Diharapkan akhir bulan ini pak Udin sudah bisa memiliki tabungan 900.000 dan bisa mengembalikan sebagian dana bergulir untuk dapat dimanfaatkam oleh pak Udin-pak Udin lainnya.
Dengan cara ini, sesungguhnya ekonomi akan bergerak walau dalam kondisi krisis. Toko-toko bahan kue akan mendapatkan peningkatan pemasukan dari penjualan, apalagi jika banyak pak Udin lain yang melakukan bersama-sama. Tentu akhirnya para produsen bahan kue akan bergembira, produknya diserap pasar dan penjualannya tumbuh tanpa perlu mem PHK karyawan yang butuh uang untuk belanja puding pak Udin setiap hari.
Cara ini sangat mungkin diterapkan disemua industri dan usaha. Belanjalah, jangan ber-irit yang justru membuat makin sulit.
Pertanyaan terakhir untuk kita semua ….
Siapakah orang kaya yang mau ambil peran memberikan bantuan pada Pak Udin-Pak Udin lain, tanpa berharap bunga, tanpa berharap kelebihan, yang hanya berharap, pak Udin bisa hidup lebih baik dan tersenyum lebih lebar dan ekonomi kita bergerak lebih baik, tumbuh lebih baik. Anda ??
Trimakasih banyak atas sharingnya pak.. support selalu pasar tradisional..